Minggu, 15 Juli 2007

Kerja itu cuma selingan

Kerja itu cuma selingan, Untuk menunggu waktu shalat...

Ketika Pak Heru, atasan saya, memerintahkan untuk mencari klien yang bergerak di bidang interior, seketika pikiran saya sampai kepada Pak Azis.
Meskipun hati masih meraba-raba, apa mungkin Pak Azis mampu membuat kios internet, dalam bentuk serupa dengan anjungan tunai mandiri dan dari kayu pula, dengan segera saya menuju ke bengkel workshop Pak Azis.

Setelah beberapa kali keliru masuk jalan, akhirnya saya menemukan bengkel Pak Azis, yang kini ternyata sudah didampingi sebuah masjid.
Pak Azispun tampak awet muda, sama seperti dulu, hanya pakaiannya yang sedikit berubah.
Kali ini dia selalu memakai kopiah putih. Rautnya cerah, fresh, memancarkan kesan tenang dan lebih santai.
Beungeut wudhu-an ( wajah sering wudhu), kata orang sunda. ..selalu bercahaya..

Hidayah Allah ternyata telah sampai sejak lama, jauh sebelum Pak Azis berkecimpung dalam berbagai dinamika kegiatan Islam.
Hidayah itu bermula dari peristiwa angin puting-beliung, yang tiba-tiba menyapu seluruh atap bengkel workshop-nya, pada suatu malam kira-kira lima tahun silam.
"Atap rumah saya tertiup angin sampai tak tersisa satupun. Terbuka semua." cerita Pak Azis.
"Padahal nggak ada hujan, nggak ada tanda-tanda bakal ada angin besar. Angin berpusar itupun cuma sebentar saja."

Batin Pak Azis bergolak setelah peristiwa itu.. Walau uang dan pekerjaan masih terus mengalir kepadanya, Pak Azis tetap merasa gelisah, stres & selalu tidak tenang. "Seperti orang patah hati, Ndra. Makan tidak enak, tidur juga susah."cerita Pak Azis lagi.

Lama-kelamaan Pak Azis menjadi tidak betah tinggal di rumah dan stres.
Padahal, sebelum kejadian angin puting-beliung yang anehnya hanya mengenai bengkel workshop merangkap rumahnya saja,
Pak Azis merasa hidupnya sudah sempurna. Dari desainer grafis hingga jadi arsitek.
Dengan keserbabisaannya itu, pak Azis merasa puas dan bangga, karena punya penghasilan tinggi.
Tapi setelah peristiwa angin puting-beliung itu, pak Azis kembali bangkrut, beliau bertanya dalam hati :
"apa sih yang kurang" apa salahku " ?

Akhirnya pak Azis menekuni ibadah secara mendalam "Seperti musafir atau walisongo, saya mendatangi masjid-masjid di malam hari.
Semua masjid besar dan beberapa masjid di pelosok Bandung ini, sudah pernah saya inapi."
Setahun lebih cara tersebut ia jalani, sampai kemudian akhirnya saya bisa tidur normal, bisa menikmati pekerjaan dan keseharian seperti sediakala. (sumber, mailinglist yahoo)

Tidak ada komentar: